Radio Babe News - Pendidikan disabilitas dapat dikatakan berhasil saat mampu mengubah peserta didik memiliki kematangan potensi untuk diterapkan dalam kehidupan sebagai masyarakat yang layak. Hasil pendidikan tersebut khususnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap orang lain atau bahkan juga untuk mencapai kemandirian hidup, supaya dapat menolong diri sendiri dan atau demi ketercukupan ekonomi.
Hal ini dapat dilakukan melalui variasi media yang memudahkan belajar para disabilitas sesuai kebutuhan belajar dan kondisi mereka. Salah satu media yang bisa digunakan adalah alat peraga edukatif atau APE.
Baca juga:
Sosok Prof Budiyanto: Guru Besar Bidang Inklusif Unesa yang Raih Penghargaan Nasional
Baca juga:
Kisah Irsyad, Mahasiswa Tunanetra UGM yang Semangat Jalani KKN
Alat peraga edukatif untuk siswa berkebutuhan khusus mempunyai peran signifikan dalam merangsang pikiran dan memotivasi siswa. Nantinya, hal ini dapat mendorong terjadinya proses belajar.
Hal itulah yang kemudian menjadi perhatian dosen Pendidikan Luar Biasa (PLB) Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi UNY Dr Ishartiwi, Ernisa Purwandari MPd, Wening Prabawati MPd, dan Adi Suseno MS. Para dosen ini membantu salah satu produsen alat peraga edukatif. Ishartiwi menyampaikan, mereka menggandeng Yayasan Penyandang Cacat Mandiri di Bantul, Yogyakarta.
"Perusahaan ini memproduksi APE bagi siswa PAUD dan SD," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima (2/8/2023).
Beberapa contoh produksi perusahaan tersebut di antaranya menara balok, berbagai jenis puzzle, jam kayu, dan kotak huruf. Produksinya sendiri memanfaatkan faktor keramahan lingkungan, ramah kesehatan, juga peduli bahaya.
Pada produksinya, usaha tersebut memberdayakan pegawai disabilitas yang mempunyai hambatan pendengaran dan keterbatasan fisik. Tentu saja, hal ini tak hanya mengoptimalkan kemampuan mereka, tetapi juga sangat membantu perekonomian.
Ernisa menyampaikan, potensi sentra produksi APE mempunyai kualitas yang layak untuk dijadikan pembelajaran di sekolah.
"Usaha ini sempat berhenti memproduksi APE karena berkurangnya permintaan dari pelanggan dan banyaknya industri-industri kecil yang memproduksi APE serupa yang lebih ekonomis dan pemasarannya melalui perangkat digital," ujar Ernisa.
Selama ini, upaya dari pihak yayasan adalah mengupayakan kerja sama dengan start up agar dapat meningkatkan komersialisasi produk. Kendati demikian, upaya ini mengalami kendala lantaran tidak ada inovasi pengembangan APE dan keterbatasan pelatihan SDM yang mengelola startup tersebut.
Adi Suseno mengatakan, kolaborasi antara pihaknya dengan produsen APE tersebut adalah dihasilkannya 30 prototipe dan ada 20 di antaranya yang sudah diproduksi serta disesuaikan dengan karakteristik siswa disabilitas.
Pengembangan APE ini melalui berbagai pertimbangan karena prodi PLB mengembangkan keilmuan pembelajaran untuk disabilitas, termasuk media pembelajaran serta implementasi Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM).
Kegiatan ini turut mengakomodasi hasil kegiatan pengabdian dosen PLB di sekolah luar biasa yang amat membutuhkan alat atau media belajar sesuai kondisi disabilitas.
Kolaborasi ini pada akhirnya berbuntut positif dalam wujud pendanaan Matching Fund Kedaireka dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI
Sumber : Detik.com
Hal ini dapat dilakukan melalui variasi media yang memudahkan belajar para disabilitas sesuai kebutuhan belajar dan kondisi mereka. Salah satu media yang bisa digunakan adalah alat peraga edukatif atau APE.
Baca juga:
Sosok Prof Budiyanto: Guru Besar Bidang Inklusif Unesa yang Raih Penghargaan Nasional
Baca juga:
Kisah Irsyad, Mahasiswa Tunanetra UGM yang Semangat Jalani KKN
Alat peraga edukatif untuk siswa berkebutuhan khusus mempunyai peran signifikan dalam merangsang pikiran dan memotivasi siswa. Nantinya, hal ini dapat mendorong terjadinya proses belajar.
Hal itulah yang kemudian menjadi perhatian dosen Pendidikan Luar Biasa (PLB) Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi UNY Dr Ishartiwi, Ernisa Purwandari MPd, Wening Prabawati MPd, dan Adi Suseno MS. Para dosen ini membantu salah satu produsen alat peraga edukatif. Ishartiwi menyampaikan, mereka menggandeng Yayasan Penyandang Cacat Mandiri di Bantul, Yogyakarta.
"Perusahaan ini memproduksi APE bagi siswa PAUD dan SD," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima (2/8/2023).
Beberapa contoh produksi perusahaan tersebut di antaranya menara balok, berbagai jenis puzzle, jam kayu, dan kotak huruf. Produksinya sendiri memanfaatkan faktor keramahan lingkungan, ramah kesehatan, juga peduli bahaya.
Pada produksinya, usaha tersebut memberdayakan pegawai disabilitas yang mempunyai hambatan pendengaran dan keterbatasan fisik. Tentu saja, hal ini tak hanya mengoptimalkan kemampuan mereka, tetapi juga sangat membantu perekonomian.
Ernisa menyampaikan, potensi sentra produksi APE mempunyai kualitas yang layak untuk dijadikan pembelajaran di sekolah.
"Usaha ini sempat berhenti memproduksi APE karena berkurangnya permintaan dari pelanggan dan banyaknya industri-industri kecil yang memproduksi APE serupa yang lebih ekonomis dan pemasarannya melalui perangkat digital," ujar Ernisa.
Selama ini, upaya dari pihak yayasan adalah mengupayakan kerja sama dengan start up agar dapat meningkatkan komersialisasi produk. Kendati demikian, upaya ini mengalami kendala lantaran tidak ada inovasi pengembangan APE dan keterbatasan pelatihan SDM yang mengelola startup tersebut.
Adi Suseno mengatakan, kolaborasi antara pihaknya dengan produsen APE tersebut adalah dihasilkannya 30 prototipe dan ada 20 di antaranya yang sudah diproduksi serta disesuaikan dengan karakteristik siswa disabilitas.
Pengembangan APE ini melalui berbagai pertimbangan karena prodi PLB mengembangkan keilmuan pembelajaran untuk disabilitas, termasuk media pembelajaran serta implementasi Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM).
Kegiatan ini turut mengakomodasi hasil kegiatan pengabdian dosen PLB di sekolah luar biasa yang amat membutuhkan alat atau media belajar sesuai kondisi disabilitas.
Kolaborasi ini pada akhirnya berbuntut positif dalam wujud pendanaan Matching Fund Kedaireka dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI
Sumber : Detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar