Pertama, kata Zainal, terdapat kemungkinan kekurangan oksigen di laut. Maka dari itu, ikan berusaha mencari oksigen untuk menghindari hipoksia atau kekurangan oksigen.
“Yang jelas oksigennya kurang di laut, di tempat dia hidup. Makanya dia berusaha mencari oksigen, oksigen yang rendah jadi hipoksia artinya itu kekurangan oksigen,” kata Zainal kepada merdeka.com, Kamis (1/11).
Kemudian, kemungkinan penyebab kedua adalah segerombolan ikan sedang dikejar oleh predator. Ketiga, adanya rekahan kerak bumi dan terakhir karena perubahan iklim secara regional. Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa perlu analisis lebih lanjut. Sebab, setiap peneliti bisa memiliki perbedaan pendapat.
“Kami sebagai peneliti tidak bisa secara spesifik mengamati perubahan itu. Jadi kalau ditanya ke setiap peneliti, akan berbeda-beda jawabannya karena kita hanya mampu menganalisis kira-kira apa sih penyebabnya. Karena, kalau ahli geologi laut akan mungkin menjawab kemungkinan gempa, adanya rekahan kerak bumi, (itu) bisa juga tapi kan itu baru dugaan-dugaan saja. Sama seperti saya juga. Kalau saya sih simpel saja kenapa ikan naik ke darat? Yang jelas oksigennya kurang,” jelas Zainal.
Lebih lanjut, Zainal juga berpendapat, ikan yang keluar ke darat tersebut perlu diteliti lebih dalam untuk mengetahui apakah ikan tersebut aman untuk dikonsumsi.
“Harus dianalisis dulu, apa sih yang ada di dalam perut ikan itu, atau apa yang terjadi pada insangnya,” tambah Zainal.
Adapun Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (Sudin KPKP) Jakarta Utara telah meninjau lokasi dan mengambil sampel air laut untuk memastikan fenomena penyebab naiknya ratusan ikan ke permukaan pantai di wilayah Kepulauan Seribu dan Jakarta Utara.
Kepala Sudin KPKP Jakarta Utara, Unang Rustanto mengatakan bahwa pihaknya juga telah memantau lapangan di kawasan pantai Pulau Onrust, Pulau Cipir, Pulau G, Pulau N, dan wilayah Penjaringan. Hasilnya, mereka tidak ditemukan kumpulan ikan mati di lokasi tersebut.
"Dari hasil peninjauan diketahui, kebanyakan ikan tersebut merupakan jenis ikan tembang," kata Unang dikutip dari rilis resminya, Kamis (1/11).
Namun, Unang belum dapat memastikan penyebab dari fenomena tersebut. “Kami belum bisa memastikan penyebabnya. Tim gabungan sudah mengecek ke lokasi dan mengambil sampel air serta ikan,” ujar Unang.
Menurutnya, kesimpulan pemicu terjadinya fenomena ini baru bisa diketahui setelah adanya hasil penelitian lebih lanjut.
Unang juga meminta masyarakat untuk tidak panik dan menunggu kepastian penyebab fenomena yang terjadi. Ia menuturkan, bisa saja penyebab ikan naik ke daratan lantaran proses oksigenisasi yang menyebabkan ikan-ikan berenang ke kawasan pesisir.
Kemudian, kata Unang, bisa juga fenomena itu disebabkan oleh pertumbuhan alga. Sebab, saat tim melakukan pemantauan ke lapangan, didapati kondisi air tampak berwarna hijau dan diperkirakan kondisi demikian sudah terjadi sejak Minggu (27/11).
“Tapi untuk kepastiannya kita tunggu hasil penelitian laboratorium dari sampel yang sudah diambil,” jelas Unang.
Sumber: Merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar