5 Fakta Menarik Tentang Nasi Uduk

Bagi orang Betawi, sarapan kurang lengkap rasanya kalau tidak menyantap nasi uduk. Meski dulunya nasi uduk hanya dijual di pasar tradisional, tetapi saat ini kamu bisa menemukan kuliner hasil persilangan budaya Melayu-Jawa ini dengan mudah.

Namun, tentu saja nasi uduk tidak hanya ada dan digemari oleh orang Betawi. Konon, nasi uduk bermula dari orang Melayu yang melakukan perpindahan dari Malaka ke Batavia dengan membawa kuliner khasnya, yakni nasi lemak.

Berasal dari perpaduan antara nasi lemak dan nasi gurih, berikut lima fakta nasi uduk yang unik dan populer di Indonesia. Yuk, cek asal-usul namanya juga di bawah ini!

1. Keunikan nasi uduk
Sama halnya dengan nasi gurih, nasi uduk bukan hanya sekadar nasi putih biasa. Olahan nasi yang melekat dengan tradisi dan budaya Betawi ini terbuat dari beras yang diaron terlebih dahulu, lalu dicampur santan, pala, kayu manis, jahe, merica, dan daun serai.

Di Jakarta, nasi uduk biasanya disajikan bersama semur jengkol dan teri kacang
sebagai ciri khas Betawi. Dulunya, nasi uduk hanya dijual di pasar tradisional. Tetapi, saat ini, kamu bisa dengan mudah menemui pedagang nasi uduk di pagi, siang, atau malam hari, tergantung demografi daerah di sekitarnya.

2. Awal mula nasi uduk ada di Indonesia
Sampai saat ini tidak ada yang tahu pasti kapan nasi uduk ada di Indonesia. Namun, nasi uduk mulai ada di Indonesia sejak ratusan tahun lalu saat tanah Melayu dijajah oleh Portugis. Pada 1511, tanah Melayu berpindah tangan, sehingga suku Melayu hijrah ke Batavia atau sekarang disebut Betawi.

Saat pindah, suku Melayu nyatanya membawa makanan khas mereka, yakni nasi lemak. Pada saat bersamaan, Kerajaan Mataram diduduki oleh VOC, sehingga suku Jawa juga hijrah ke Batavia.

Suku Melayu yang bertemu dengan suku Jawa yang sudah biasa menyantap nasi guri. Akhirnya, mereka menghasilkan perpaduan dari dua makanan tersebut yang dikenal dengan nama nasi uduk.

3. Berawal dari kegemaran Sultan Agung Mataram terhadap nasi kebuli
Menurut Babad Tanah Jawi, nasi uduk lahir dari kegemaran Sultan Agung dari Mataram yang gemar menyantap nasi dari Arab yang disebut nasi kebuli. Namun, untuk mengurangi pengeluaran saat membeli bahan-bahan impor yang biayanya cukup tinggi, ia memutuskan untuk membuat nasi kebuli versi lokal.

Selain dikenal sebagai nasi uduk, nasi ini juga sering disebut sebagai sega gurih atau dalam bahasa Indonesia berarti nasi gurih. Namun, karena kepindahan suku Jawa ke Batavia, nasi gurih ini lebih dikenal dengan nama nasi uduk yang juga dipengaruhi oleh budaya dari suku Melayu yang datang pada saat itu membawa nasi lemak.
4. Arti dari kata "Uduk"
Meski saat ini nasi uduk cukup populer di seluruh Indonesia, tentu ada perjalanan panjang yang harus ditempuh. Dalam bahasa Sunda, kata "uduk" dikatakan memiliki arti "bercampur," tetapi secara etimologi, kata "uduk" berarti "susah." Itulah sebabnya nasi uduk dulunya hanya bisa temui di pasar tradisional saja. 

Zaman dahulu, nasi uduk hanya dimasak dan dinikmati oleh masyarakat kecil. Bahkan, nasi uduk pernah menjadi bekal wajib para petani untuk dibawa ke sawah. Di Jakarta, terdapat dua kawasan yang bisa kamu datangi untuk menikmati nasi uduk dengan cita rasa yang khas, yakni Tanah Abang dan Rawa Belong.

5. Syarat dalam upacara terima kasih adat Jawa
Seiring dengan popularitas nasi uduk yang kian menanjak, nasi uduk menjadi syarat atau menu makanan yang wajib ada dalam upacara terima kasih adat Jawa, lho. Dalam acara yang disebut banca'an ini, nasi uduk biasanya disajikan dalam kotak atau wadah yang kita kenal sebagai nasi berkat, terdiri dari nasi, sayuran, dan lauk pauk.

Selain itu, nasi uduk juga sering disajikan saat wiwitan atau ritual persembahan menjelang panen yang diadakan di beberapa daerah di Pulau Jawa. Di Belanda dan Suriname, nasi uduk populer di kalangan diaspora Jawa. Dalam bahasa Belanda, nasi uduk disebut rijst vermengd met onrust van de liefde atau disingkat jaloerse rijst.


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berita Populer