Terungkap! Ini Biang Kerok Krisis di Lebanon



Krisis ekonomi parah sedang menghantam Lebanon. Bukan karena dampak COVID-19, karena sebelum pandemi juga negara tersebut sudah menunjukkan tanda-tanda kehancuran.

Jadi mulanya pada awal Oktober 2019, negara tersebut kekurangan mata uang asing sehingga membuat nilai mata uang pound Lebanon melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari BBC, akhir 2019 juga negara tersebut terungkap melakukan praktik yang disebut para analis skema piramida atau skema Ponzi, di mana bank sentral berutang kepada bank-bank komersial dengan tingkat bunga di atas rata-rata pasar. Utang tersebut untuk membayar utang lainnya dan mempertahankan lebanon.

Pada saat yang sama, orang-orang semakin marah dan frustrasi atas kegagalan pemerintah menyediakan layanan dasar. Mereka harus berurusan dengan pemadaman listrik setiap hari, kurangnya air minum yang bersih, layanan kesehatan publik yang terbatas, hingga koneksi internet terburuk di dunia.

Elit penguasa menjadi sasaran kemarahan publik karena telah mendominasi politik Lebanon selama bertahun-tahun dan mengumpulkan kekayaan mereka sendiri, sementara gagal melakukan reformasi besar-besaran yang diperlukan untuk memecahkan masalah negara.

Kemudian kebakaran hutan yang belum pernah terjadi sebelumnya di pegunungan barat negara itu mengungkap betapa Lebanon kekurangan dana dan peralatan pemadam kebakaran.

Pada pertengahan Oktober, pemerintah mengusulkan pajak baru untuk tembakau, bensin, dan panggilan suara melalui layanan pesan seperti WhatsApp untuk meningkatkan pendapatan, tetapi serangan balasan memaksanya untuk membatalkan rencana tersebut.

Semua yang telah terjadi itu menimbulkan gelombang ketidakpuasan yang telah membara di Lebanon selama bertahun-tahun. Puluhan ribu orang di negara tersebut turun ke jalan, yang menyebabkan pengunduran diri Perdana Menteri Saad Hariri yang didukung Barat dan pemerintah persatuannya.

sumber : detik.com

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berita Populer