Sedangkan korban tewas akibat serangan roket di Israel sebanyak 8 orang, termasuk seorang tentara militer.
Petugas medis Palestina, yang dikutip Reuters, mengatakan dua orang tewas dalam serangan udara di Gaza utara pada Sabtu (15/5/2021) pagi.
Konflik antara kelompok militan di Gaza dengan militer Israel dipicu oleh rencana rezim Zionis untuk menggusur paksa sejumlah keluarga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur dan menggantinya dengan pemukim Yahudi Israel. Selain itu, serangan pasukan Israel terhadap jamaah di Masjid Al-Aqsa selama Ramadhan lalu juga menyulut konflik yang pecah saat ini.
Sementara itu, Uni Emirat Arab (UEA) menyerukan gencatan senjata. "UEA menyerukan kepada semua pihak untuk segera mengambil langkah untuk berkomitmen pada gencatan senjata, memulai dialog politik, dan melakukan pengekangan maksimum," kata Menteri Luar Negeri UEA Abdullah bin Zayed al Nahyan dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan Emirates News Agency(WAM).
"UEA khawatir dengan meningkatnya kekerasan di Israel dan Palestina," ujarnya.
UEA menormalisasi hubungannya dengan Israel tahun lalu sebagai bagian dari Abraham Accords, yang ditengahi oleh pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump.
Negara Teluk lainnya, Bahrain, juga mengomentari kekerasan baru-baru ini.
Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif bin Rashid al Zayani telah melakukan panggilan telepon pada hari Jumat dengan Menteri Luar Negeri Otoritas Palestina Riyadh al-Maliki.
"Menteri Luar Negeri Bahrain mengutuk serangan oleh pasukan Israel di Jalur Gaza dan menyatakan solidaritas persaudaraan dengan rakyat Palestina," kata Kementerian Luar Negeri Bahrain.
Bahrain juga menormalisasi hubungan dengan Israel tahun lalu sebagai bagian dari Abraham Accords.
Sumber : Sindonews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar