Mereka akan lebih fokus pada pengembangan bisnis IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket.
Melansir Kompas.id, Selasa (25/5/2021) Presiden Direktur PT Hero Supermarket Tbk Patrik Lindvall menjelaskan, strategi bisnis ini bentuk adaptasi Hero Group terhadap dinamika pasar dan tren pelanggan yang terus berubah.
Langkah ini diambil untuk merespons turunnya popularitas format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia. Fenomena ini juga terjadi di pasar global.
Sebelum menutup seluruh gerainya, seperti apa perjalanan Giant di Indonesia?
SEJARAH GIANT
Mengutip laman Giant, nama merek Giant berasal dari Malaysia.
Kisah Giant dimulai pada tahun 1944 ketika toko pertama keluarga Teng Meng Chun ini dibuka di Sentul Pasar, Malaysia dan diperluas dengan pembukaan Pusat Minimarket Teng di Bangsar pada tahun 1974.
Selanjutnya Giant dikembangkan tak hanya di Malaysia tapi juga Singapura dan Indonesia.
Melansir laman Hero Group, Giant di Indonesia dibesarkan oleh perusahaan Hero Group. Awalnya bisnis yang dibangun MS Kurnia adalah minimarket.
Hero Supermarket melebarkan sayapnya dan berubah menjadi Giant untuk segmen hypermarket.
Giant Hypermarket pertama dibuka di Indonesia pada 2002, berlokasi di Villa Melati Tangerang.
Sebagai tambahan untuk kekuatan di segmen ritel, saham Hero Group menjadi lebih besar dengan adanya Giant sebagai hypermarket internasional.
SEGMENTASI
Segmentasi Giant adalah para pelanggan yang menginginkan belanja dengan harga yang hemat, sehingga hal itu diyakini tidak mengganggu jalannya Hero Supermarket.
PT Hero Supermarket Tbk mempekerjakan lebih dari 13.700 orang dan melayani pelanggan di 558 gerai.
Terhitung dari 30 Juni 2012, perusahaan ini telah mengoperasikan 43 gerai Giant Hypermarket, 130 gerai Hero & Giant supermarket, 241 gerai kesehatan dan kecantikan Guardian dan 144 gerai Starmart.
Mulai tahun 2013, bisnis Giant mengalami perubahan identitas. Giant Hypermarket menjadi Giant Extra, sedangkan Giant Supermarket menjadi Giant Express.
Perubahan itu juga diikuti dengan perubahan konsep dan pembedaan yang jelas antara kedua format tersebut.
Giant Ekstra menjadi pemimpin pasar dalam harga murah dengan produk yang lengkap untuk kebutuhan bulanan konsumen.
Sedangkan Giant Ekspres menjadi pemimpin pasar dalam harga murah dengan pelayanan cepat untuk melayani kebutuhan mingguan konsumen.
Persaingan dan pola belanja konsumen
Dikutip dari Kompas.com (25/6/2019), sepanjang 2018, PT Hero Supermarket Tbk (HERO) telah menutup 26 gerai.
Kemudian pada 28 Juli 2019 Hero menutup kembali enam gerai dengan brand Giant yakni Giant Express Pondok Timur, Giant Express Cinere Mall, Giant Express Mampang, Giant Extra Jatimakmur, Giant Extra Mitra 10 Cibubur, dan Giant Extra Wisma Asri.
Direktur HERO Hadrianus Wahyu Trikusumo saat itu membenarkan informasi akan ditutupnya enam gerai Giant pada 28 Juli 2019.
“Ritel makanan di Indonesia mengalami peningkatan persaingan dalam beberapa tahun terakhir karena perubahan pola belanja konsumen,” katanya kepada Kontan.co.id melalui surat elektronik pada Selasa (25/6/2019).
Hadrianus mengatakan, pihaknya perlu melakukan adaptasi agar bisa bersaing secara efektif dengan menerapkan program multi-year transformation. Strateginya, HERO perlu mengubah dan menyegarkan kembali penawaran untuk pelanggannya.
Sampai 31 Mei 2019, HERO memiliki 125 gerai Giant. Artinya pada 28 Juli 2019 jika tidak ada penambahan gerai lainnya, total gerai Giant bakal berkurang menjadi 119 gerai.
PERUBAHAN GERAI GIANT
Terbaru, pihak perusahaan berencana mengubah sejumlah gerai Giant dan beralih ke merek dagang IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket.
Presiden Direktur HERO Patrik Lindvall menjelaskan, perusahaan akan mengubah hingga lima gerai Giant menjadi IKEA, yang diharapkan dapat menambah aksesibilitas bagi pelanggan.
Kemudian, gerai Giant lainnya akan ditutup pada akhir Juli 2021.
Hingga kini, negosiasi terkait potensi pengalihan kepemilikan sejumlah gerai Giant kepada pihak ketiga masih berlangsung. Selain itu, Hero Group juga mempertimbangkan untuk mengubah sejumlah gerai Giant menjadi gerai Hero Supermarket.
"Seperti bisnis mumpuni lainnya, kami terus beradaptasi terhadap dinamika pasar dan tren pelanggan yang terus berubah, termasuk menurunnya popularitas format Hypermarket dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia. Sebuah tren yang juga terlihat di pasar global," ujar Patrik melalui keterangan tertulis, dikutip dari Kompas.com Selasa (25/5/2021).
-adityarp-
Sumber : kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar