Siapa sangka usaha di bidang jasa tetap menghasilkan cuan yang cukup menggiurkan. Penyediaan jasa seperti Gojek dan Grab menjadi peluang usaha yang menguntungkan.
Namun demikian pengoperasian layanan dua perusahaan besar tersebut masih terbatas atau belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini pun dimanfaatkan oleh Arif Ulin Niam, pria berusia 28 tahun ini mendirikan Kopdar Kudus.
Kopdar Kudus merupakan sebuah usaha jasa yang melayani kiriman kilat seperti antar jemput dokumen, paket barang, maupun undangan. Jasa belanja juga bisa dilakukan, seperti belanja kebutuhan di toko, mal, pasar, tiket bioskop, bus, kereta api, pesawat, pembayaran tagihan, dan sebagainya.Lalu ada jasa antar jemput, seperti jemput anak ke sekolah, bimbel atau penumpang lainnya. Pada layanan ini juga bisa melakukan pengambilan barang yang ketinggalan, seperti kunci, STNK, SIM, KTP, paspor. Selanjutnya ada jasa delivery, seperti membelikan makanan dan minuman di restoran.
Arif menceritakan, awal mulai membangun usaha ini sejak September 2016. Pada saat itu, layanan ojek online belum tersedia di kota Kudus, Jawa Tengah.
Dulu Grab/Gojek mulai booming-booming-nya di kota besar, akan tetapi di kota Kudus sendiri belum ada usaha sejenis ini," kata dia kepada detikcom, Rabu (30/9/2020).
Hanya bermodalkan smartphone, Arif pun langsung membuat akun Kopdar Kudus di beberapa media sosial seperti Instagram dan Facebook. Pada akun itu, dirinya langsung mempromosikan usaha jasanya.
Pada awal mula menjalankan bisnis ini, dirinya mengaku berhasil mengantongi penghasilan sekitar Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta per bulannya. Sebelum menekuni usaha ini, Arif mengaku bekerja sebagai pegawai swasta dengan gaji di atas UMR.
Seiring Kopdar Kudus semakin dikenal oleh masyarakat setempat, dirinya pun memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya dan fokus menjalankan usaha yang telah dirintisnya ini.
Pria yang akrab disapa Colo ini mengaku sangat berat menjalani usahanya sampai kepada titik yang seperti sekarang. Sebab, usahanya sampai saat ini belum memiliki aplikasi khusus atau masih mengandalkan aplikasi WhatsApp.
"Keluh kesahnya banyak banget, dari mulai menawarkan jasa, mengatur waktu ketika habis kerja atau pada saat libur langsung memberikan service jasanya dalam kondisi hujan atau panas," jelasnya.
Berkat kegigihannya, Arif mengaku saat ini sudah berhasil mengumpulkan omzet di kisaran Rp 20 juta sampai Rp 30 juta per bulan. Bahkan, omzet tersebut setelah dipotong bagi hasil dengan para mitranya.
Dalam menjalankan usahanya, Arif juga merekrut banyak mitra pengemudi. Setelah empat tahun berjalan, tercatat jumlah mitra Kopdar Kudus kurang lebih ada 100-an orang. Cara pengoperasian jasa Kopdar Kudus pun terbilang mudah, karena setiap masyarakat hanya tinggal mengirimkan pesan lalu mengisi format pemesanan.
Mengenai pangsa pasarnya, Arif mengaku masih di wilayah kota Kudus dan sekitarnya. Dirinya pun membuka jasa promosi bagi pelaku UMKM yang produknya ingin diiklankan oleh akun media sosia Kopdar Kudus.
Sementara untuk pembagian hasil dengan mitra pengemudi, Arif mengaku skemanya 80%:20%. Dari setiap layanan, para mitra akan mendapat hasil sebesar 20% dari biaya ongkos kirim.
Adapun, tarif dasar ongkos kirim Kopdar Kudus mulai dari Rp 7.000 sampai Rp 10.000. Tarif area B mulai dari Rp 10.000 sampai Rp 15.000 dan tarif mulai dari Rp 15.000 sampai Rp 20.000 berlaku untuk di wilayah yang lebih jauh. Sementara untuk tarif Rp 20.000 sampai Rp 25.000 berlaku untuk jarak tempuh di atas 10-15 kilometer (km) dari pusat kota Kudus.
Dia mengaku hingga saat ini belum melebarkan sayapnya ke kota-kota besar atau wilayah penyangga Kudus. Sebab pangsa pasar di kota Kudus sendiri masih bagus meskipun pada tahun 2017 kedua perusahaan ojol resmi beroperasi di Kudus.
"Untuk omzet sendiri karena sistemnya kita bagi hasil dengan mitra/driver. Setelah bagi hasil, kurang lebih omzet Rp 20-Rp 30 juta per bulan,"
sumber :finance.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar