JAKARTA, KOMPAS.com - Disa Edralyn, salah satu dokter dan penyintas Covid-19 tak pernah menyangka ibunya yang berprofesi sebagai dokter gigi harus menjalani isolasi mandiri karena terinfeksi Covid-19. Ketika dihubungi Kompas.com pada Senin (7/9/2020) kemarin, Disa menceritakan pengalamannya merawat sang ibu di rumah. Disa menjelaskan, ibunya dinyatakan positif Covid-19 pada Maret 2020, saat belum banyak orang yang terpapar. Dia tidak mengetahui di mana sang ibu terpapar virus Corona. Namun dia menduga ibunya terinfeksi Covid-19 saat bertugas di Puskesmas.
Dia bercerita bagaimana sulitnya mengakses tes PCR saat itu. Pada awal pandemi Covid-19, tes PCR masih terbatas. Ketika sang ibu dinyatakan positif Covid-19, permasalahan selanjutnya menentukan di mana sang ibu akan dirawat. Disa adalah dokter, sudah pasti tahu bagaimana merawat pasien Covid-19. Namun, dia terlebih dulu mempertimbangkan segala risiko jika merawat sang ibu di rumah. Akhirnya, dia berkonsultasi dengan rekannya yang berprofesi sebagai dokter spesialis paru-paru. "Jangan ditanya galaunya seperti apa (saat tahu sang Ibu positif Covid-19), hancur. Yang ada di pikiran enggak mau bawa ke rumah sakit, mau rawat sendiri, bagaimana menguatkan keluarga, dan menguatkan diri sendiri," kata Disa. "Jadilah langsung diskusi satu keluarga besar. Menimbang gejala masih cukup ringan, aku konsultasi ke dokter paru di tempat kerja dan memutuskan isolasi mandiri di rumah," lanjutnya.Pertimbangan lainnya untuk melakukan isolasi mandiri adalah kondisi emosional sang ibu. Pasalnya saat itu, cukup banyak laporan pasien meninggal akibat Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. "Kita memikirkan emosional beliau juga karena gejalanya ringan, daripada sendiri di sana (di rumah sakit) karena waktu itu stigma yang beredar adalah kalau masuk rumah sakit, kalau enggak sembuh ya meninggal," ujar Disa.
Tidak berinteraksi Isolasi mandiri bagi pasien Covid-19 tak semudah yang dibayangkan. Seluruh anggota keluarga Disa tidak boleh berinteraksi dengan sang ibu. Bahkan, sang ibu ditempatkan di kamar khusus yang tidak boleh diakses oleh siapapun kecuali Disa. Pasalnya, Disa rutin memeriksa kondisi sang ibu dengan memakai alat pelindung diri (APD) lengkap. "Mami satu kamar sendiri, aku sekamar sendiri, papi sendiri. Termasuk kamar mandi, alat makan, alat mandi, kita pisahin semua," ujar Disa. Selama isolasi mandiri, sang ibu hanya keluar kamar untuk berjemur. Selama di luar, tak pernah ada interaksi atau pertemuan dengan anggota keluarga lainnya. "Benar-benar enggak keluar sama sekali ataupun kalau keluar untuk berjemur, selalu berselisih dengan kita. Jadi kita enggak pernah bertemu selama satu bulan," ucap dia.
Untuk urusan makanan, anggota keluarga masih menyediakan makanan bagi Ibu Disa. "Jadi kalau mau makan, kita masakin, nanti taruh di meja kecil di depan kamarnya. Nanti beliau mengambil, ganti piring, piringnya sendiri," ucap Disa. Disa menyarankan, apabila pasien positif Covid-19 melakukan isolasi mandiri, maka harus dirawat oleh orang yang tidak memiliki penyakit bawaan dan masih berusia produktif.
Orang yang merawat juga wajib memakai masker dan mengurangi intensitas interaksi dengan pasien. "Saran saya sih memang meminimalkan interaksi sama sekali. Kan pasti harus ada yang ngurusin satu, nah yang mengurus ini pun satu orang jangan ganti-ganti dan orangnya yang memang kalau bisa masih muda dan sehat.
Jadi bukan yang berusia lanjut dan ada penyakit juga," ucap Disa. "Jangan lupa selalu pakai masker kalau mau masuk ke kamarnya, jangan sering-sering, keluar harus cuci tangan. Kalau saya sih waktu kemarin masuk pakai masker, kemudian keluarnya mandi dan keramas langsung," sambungnya. Disa menyadari tak semua pasien Covid-19 tinggal di rumah yang memenuhi standar pelaksanaan isolasi mandiri.
Oleh karena itu, Pemprov DKI tengah menyiapkan regulasi agar seluruh pasien Covid-19 yang masuk golongan orang tanpa gejala (OTG) atau gejala ringan diisolasi di tempat khusus. Adapun hingga Senin kemarin, penambahan jumlah pasien positif Covid-19 di Jakarta kembali menembus angka 1.000, yakni 1.105 kasus. Sehingga jumlah akumulatif pasien positif Covid-19 di DKI Jakarta adalah 47.796 orang. Sebanyak 35.431 orang dinyatakan telah sembuh dengan tingkat kesembuhan 74,1 persen. Lalu, 1.318 orang meninggal dunia dengan tingkat kematian 2,8 persen. Sedangkan kasus aktif Covid-19 di Ibu Kota adalah 11.047 orang, artinya mereka masih menjalani perawatan atau isolasi.
sumber : megapolitan.kompas.com
sumber : megapolitan.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar