Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 di Gedung Negara Pakuwan. ©2020 dok.Satgas Covid-19
Merdeka.com - Sebanyak 217 orang telah meninggal dunia di Jawa Barat akibat virus Corona. Jumlah pasien terkonfirmasi positif bahkan hampir menembus angka 7 ribu, tepatnya di angka 6.995. Data tersebut merupakan data per 6 Agustus 2020.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo berharap Pemerintah Provinsi Jawa Barat dapat mengimplementasikan apa yang menjadi arahan dari Presiden Joko Widodo tentang pentingnya memainkan 'gas dan rem' dalam penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi.
Mengingat bahwa 20 persen pendapatan negara berasal dari sektor industri yang ada di Jawa Barat, Doni menegaskan bahwa hal itu penting dilakukan. Di sisi lain, roda penggerak di sektor industri tersebut juga melibatkan peran serta masyarakat, yang mana sebagian besarnya warga Jawa Barat.
“Kalau daerahnya risikonya rendah, maka gasnya bisa ditekan. Tapi kalau seandainya tingkat ancamannya meningkat, remnya yang ditekan,” ujar Doni dalam Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 di Gedung Negara Pakuwan, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8).
Doni juga meminta agar peningkatan jumlah dan kapasitas tenaga medis dan laboratorium dapat ditambah. Hal itu mengingat adanya keterbatasan tenaga pada setiap hari libur, sehingga proses uji spesimen terhambat dan tidak optimal.
Di samping itu, Doni juga meminta agar pemerintah daerah lebih memperhatikan dan memberikan kebutuhan para tenaga medis dan laboratorium agar penanganan Covid-19 dapat lebih maksimal.
"Petugas lab-nya yang perlu kita tingkatkan kualitasnya termasuk dukungan operasional dan dukungan logistik untuk mereka agar bisa optimal,” kata Doni berdasarkan keterangan tertulis yang diterima merdeka.com
“Sehingga para petugas medis kita bisa bekerja lebih baik dan mereka harus terjamin juga keselamatan dan keamanannya. Karena melakukan pemeriksaan spesimen di laboratorium memiliki risiko yang sangat besar,” imbuh Doni.
Menanggapi hal ini, di tempat yang sama, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil yang akrab disapa Kang Emil ini membenarkan bahwa pengetesan Covid-19 menjadi kendala. Emil mengakui bahwa tantangan yang dihadapi Jawa Barat saat ini yaitu jumlah pengetesan per hari yang dirasa masih kurang. Hal ini dikarenakan jumlah populasi di Jawa Barat tinggi. Namun, Jawa Barat saat ini sudah melakukan tes sebanyak 160 ribu.
“Jawa Barat itu karena penduduknya paling besar Pak, yaitu 50 juta, maka secara teori memang potensi kerawanannya itu paling besar. Semakin tinggi populasinya, tingkat risikonya makin tinggi,” kata Kang Emil di Gedung Negara Pakuan, Bandung, Jawa Barat (6/8).
Selain pemeriksaan spesimen, Doni juga mengingatkan agar pemeriksaan kesehatan rutin digalakkan, terutama bagi instansi atau lembaga yang memiliki banyak pegawai atau anggota dalam satu tempat. Sehingga kedepannya penularan Covid-19 dapat dicegah dan tidak menular ke masyarakat.
“Kalau ini tidak dilakukan langkah-langkah proaktif, maka masyarakat sekitarnya menjadi berisiko,” kata Doni yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Berdasarkan data dan analisa Tim Satgas Penanganan Covid-19, korban jiwa akibat Covid-19 adalah mereka yang termasuk dalam kelompok rentan dari segi usia dan penderita penyakit penyerta.
Dalam hal ini usia rentan adalah di atas 45 tahun dan penyakit penyerta atau komorbiditas meliputi jantung, diabetes, paru-paru, hipertensi, kanker dan sebagainya.
Oleh sebab itu, ia mengajak seluruh komponen pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat agar dapat lebih memaksimalkan kinerja penanganan Covi-19, khususnya dalam memberikan pemahaman bagi masyarakat.
Menanggapi hal ini, Kang Emil melaporkan kepada Doni bahwa ia telah mengkampanyekan gerakan memakai masker. Selain mencegah penularan Covid-19, gerakan ini juga ia pilih agar ekonomi Jawa Barat bisa pulih kembali. Kang Emil menyatakan pilihan ini lebih pilihan tepat daripada melakukan lockdown.
“Maka, kami meyakini hari ini cuman satu saja, kampanye pakai masker, kalau ekonomi mau tetap berjalan, kalau kegiatan mau tetap berjalan, kalau sekolah mau pelan-pelan dibuka. Itulah kenapa kami sudah membagikan masker gratis,” jelasnya.
Gerakan kampanye Kang Emil ternyata belum membuat seluruh warga Jawa Barat 100 persen patuh untuk memakai masker. Emil menyampaikan survei yang membuktikan bahwa tingkat kepatuhan terhadap penggunaan masker hanya mencapai 50 persen. Oleh karena itu, ia mengeluarkan sanksi untuk siapa saja yang tidak memakai masker.
“Edukasi sudah, ditegur pakai tilang sudah, itulah kenapa akhirnya saya keluarkan peraturan gubernur untuk sanksi,” ucapnya.
Ia menjelaskan bahwa sanksi yang diberikan tidak berbentuk pidana atau kurungan, melainkan hanya berupa hukuman sosial. Penerbitan peraturan gubernur ini juga didukung oleh Instruksi Presiden (Inpres) yang baru diterbitkan.
sumber : merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar